Tragedi yang terjadi di kecamatan Omben, kabupaten Sampang Madura menyisakan polemik. Jajaran Kepolisian segara turun menentukan siapa “dalang” dan “motif” tragedi ini. Sedangkan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya mendesak agar pemerintah dan daerah, agar membuat kebijakan khusus untuk melindungi warga Syiah Sampang. "Pemerintah juga perlu memulihkan semua hak-haknya yang terampas akibat tindak kekerasan yang menimpa mereka, sedangkan polisi dan Komnas HAM juga mengusut tuntas kasus itu secara pidana atau HAM," kata Koordinator Badan Pekerja KontraS Surabaya Andy Irfan J1.
Ulama se-madura justru mempunyai sikap(*) dan catatan lain mengenai pondok pesantren syi'ah yang dianggap meresahkan warga. Berikut catatan dari kutipan dari KH. Ali Karrar Sinhaji, Pimpinan PP Daruttauhid, Desa Lenteng, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan Madura membuat catatan rincian dan kronologis kejadian masalah sebelum meledak kasus yang dimuat berbagai media massa akhir-akhir ini. Kronologis kejadian ditulis semenjak tahun 2006, lengkap beserta 22 bentuk ajaran yang meresahkan warga (**). Laporan ini sekaligus membantah temuan Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya yang telah dimuat di berbagai media massa bahwa ada provokasi sistematis yang dilakukan tokoh agama. “Padahal, yang terjadi sebaliknya. Kerusuhan terjadi setelah adanya ajaran yang meresahkan warga yang didakwahkan Tajul Muluk setelah kembalinya dari Iran,“ jelas Kiai Haji Ali Karrar kepada hidayatullah.com, Selasa (03/02/2012).
Seringnya terjadi bentrok membuat ulama turun tangan untuk mengantisipasi masalah membantu pemerintah. Di antaranya mendatangkan Tajul serta memintanya kembali ke ajaran yang benar. Peran ulama ini dilakukan jauh sebelum adik Tajul Muluk, Ra’is Hukama keluar dari Syi’ah. Namun karena dalam banyak kesepakatan Tajul Muluk dinilai sering ingkar, maka kalangan ulama akhirnya pasrah. “Karena semua itu seluruh kejadian yang terkait dengan bentrok antara NU Sunni dan Tajul cs, kami para ulama sudah tidak ada urusan,” tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar